Network
LENSA BOLSEL - Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, maka jangan heran jika setiap tahunnya Negara kita memiliki jumlah kuota haji terbesar di dunia.
Ribuan jemaah haji asal Indonesia berbondong menuju tanah suci untuk melaksanakan Rukun Islam ke-5, melaksanakan rukun-rukun haji, dan kemudian pulang ke tanah air dengan panggilan haji.
Panggilan haji, bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah haji, menjadi sebuah norma kesopanan di Indonesia, biasanya gelar haji disematkan didepan nama pemiliknya.
Tapi taukah anda jika di negara muslim seperti Arab Saudi dan negara muslim lainnya, tidak menyematkan gelar haji, usai melaksanakan ibadah haji.
Bahkan Rasulullah SAW beserta para sahabat pun tidak menyematkan gelar haji didepan nama, Padahal semua rujukan Sunnah dan syariat Islam, melalui baginda Rasullulah SAW.
Baca Juga: Agar Tidak Sia-Sia Berkurban di Idul Adha, Kenali Ciri-Ciri Hewan Kurban yang Sesuai Syariat Islam
Lantas dari mana sebenarnya gelar haji ini berasal?, Penyematan gelar haji ini, ternyata berasal dari sebuah kebijakan Pemerintah Hindia Belanda, yang diatur dalam sebuah peraturan bernama Staatsblad, pada tahun 1903.
Sebagaimana yang dicatat oleh Prof. Dr. Aqib Suminto, dalam buku berjudul : Politik Hindia Belanda Terhadap Islam, bahwa respon Belanda terhadap maraknya gerakan-gerakan dari timur tengah yang dinilai berlawanan dengan Kolonialisme, adalah dengan mencanangkan kebijakan Politik Islam, termasuk didalamnya menyematkan gelar haji bagi yang baru kembali dari melaksanakan ibadah haji.
Tujuan pemberian gelar haji oleh Pemerintah Belanda, adalah bagian dari politik Kolonialisme, untuk mengawasi gerak gerik para alim ulama yang sering kali menjadi motor perjuangan.
Baca Juga: Hadapi Malaysia Master 2022, Cidera Pemain Jadi Masalah Tim Merah Putih
Artikel Rekomendasi