Program Guru Penggerak Merubah Pola Pendidik, Lebih Memahami Siswa

- 25 Juli 2022, 19:19 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixabay

LENSA BOLSEL - Akhmad Basuki salah satu tenaga pendidik di SMPN 1 Banjarmasin, pada usianya yang beranjak lima puluh tahun, ia justru makin menikmati profesinya. sampai detik ini dia menikmati prosesnya dan statusnya sebagai guru.

“Sampai saat ini saya yakin dan percaya diri tetap berusaha dan bertukar pikiran dengan guru lainnya. Semua baik-baik saja,” ucap Basuki, Senin 25

Dia mulai menyelami dunia pendidikan dengan menjadi tenaga pendidik pada tahun 1999. Dahulu Basuki seorang yang tertutup dengan sesama rekannya. Mata pelajaran bahasa Inggris pun ia masih merasakan sulit berkomunikasi dengan lainnya.

Baca Juga: Indonesia-Belanda Sepakati Kerja Sama Bidang Vokasi dan Pendidikan Tinggi 

Ini berbeda ketika dirinya menjadi guru penggerak. tidak ragu untuk bertanya dan bekerja sama, saling berbagi teknik mengajar, dengan sesama guru.

Berawal dari rutinitas, Basuki membuka Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIMPKB). Di situlah dia melihat informasi mengenai program guru penggerak dan memberanikan diri untuk mendaftar.

Dengan dukungan sekolah, Basuki pun resmi mengikuti pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 pada 2021.

Baca Juga: P3IKM Bikin Mading ‘Suara Rakyat’ di Hut Bolsel ke 14, Ada Ungkapan Lucu untuk Bupati

Ia menikmati walaupun terkadang harus terjaga sampai pukul dua atau tiga dini hari untuk menyelesaikan tugas-tugas selama pendidikan

Di kelas, mata pelajaran bahasa Inggris tidak lagi mengandalkan membaca buku sepenuhnya. Siswa lebih banyak membuat projek-projek yang memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan hobi.

Basuki mengaku lebih terbuka dalam mempelajari teknologi informasi. Karena keinginan kuat untuk dapat mengimbangi siswa-siswanya yang lebih melek teknologi, ia berusaha meningkatkan kemampuannya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo: Berantas Kemiskinan dengan Pendidikan Gratis

Perubahan pola pikir juga terjadi kepada Norliani yang mengikuti pendidikan guru penggerak. Ia menyadari bahwa tugasnya sebagai pendidik bukan sekadar mengajar, namun lebih dari itu, yakni menuntun siswa secara holistik.

“Artinya, baik secara akademik maupun nonakademik, sikap dan perilakunya, supaya dia (siswa) mencapai kebahagiaan dan keselamatan di masa depan,” terang Norliani.

Tidak hanya saat mengikuti pendidikan guru penggerak, namun untuk seterusnya. Ia ingin dapat menuntun siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Baca Juga: Tim Indonesia Raih Empat Medali Perak di Olimpiade Kimia Internasional 2022

“Kalau dulu tidak ada kesepakatan kelas. Gurunya yang mengatur, harus begini, harus begini, tidak ada kemauan siswa yang diakomodir. Kalau sekarang, siswanya mau apa? Disepakati bersama,” tutur Norliani.

Ia seringkali mengikuti webinar dan pelatihan daring secara mandiri. Selain itu, ia juga memanfaatkan wadah berbagi ide dan praktik baik serta pengembangan diri bagi guru, seperti laman Guru Berbagi (gurubelajardanberbagi.kemdikbud.go.id) dan platform Merdeka Mengajar (guru.kemdikbud.go.id)

“Saya harap akan tergerak menjadi Guru Penggerak agar pendidikan kita makin maju, karena mindset kita akan berubah, yang tadinya belum bisa bergerak akan menjadi bergerak, tergerak, dan menggerakkan,” pungkas Norliani.***

Editor: Rahmat Putra Kadullah

Sumber: Kemdikbud


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini